Daftar Blog Saya

Kamis, 16 Desember 2010

Tugas KLB/Wabah

TUGAS KLB/WABAH
1. Kriteria Suatu Kejadian Penyakit Dikatakan Wabah/KLB:
a. Timbulnya suatu penyakit/penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya(jam, hari, minggu, bulan, tahun).
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya(hari, minggu, bulan, tahun).
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rat per bulan dalam tahun.
e. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebi dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
f. Case Fatality Rate(CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
g. Proportional Rate(PR) penderita baru pada suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
h. Beberapa penyakit khusus: kolere, DHF
• Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya(pada daerah endemis).
• Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
i. Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita:
• Keracunan makanan.
• Keracunan pestisida.
2. Herd Immunity:
Herd immunity adalah bentuk kekebalan yang terjadi ketika vaksinasi sebagian besar populasi atau kelompok memberikan ukuran perlindungan bagi individu yang belum mengembangkan kekebalan. Pada penyakit menular yang ditularkan dari individu ke individu, rantai infeksi yang mungkin terganggu ketika sejumlah besar populasi kebal terhadap penyakit. Semakin besar proporsi individu yang kebal, semakin kecil kemungkinan bahwa individu rentan akan datang ke dalam kontak dengan individu menular.
3. Yang Seharusnya Kita Lakukan Agar Fenomena Wabah/KLB Dapat Dicegah:
Untuk menanggiulangi KLB yaiu dengan menggunakan Sistem Kewaspadaan Dini(SKD-KLB), dimana SKD-KLB merupakan suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi.
Selain itu dari Badan Litbangkes Depkes RI bekerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System(EWORS). EWORS adalah sustu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa(KLB) pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat. (Badan Litbangkes, DEPKES RI).
Melalui sistem ini peningkata dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam kasus DBD misalnya, EWORS telah berperan dalah hal menginformasikan data kasus DBD dar segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat atau lokasi dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit Dati II di Indonesia. (Sidemen, 2003).


Thyar Deby Y.
E2A009057
Reguler 1
FKM UNDIP.

Jumat, 12 November 2010

Penyelidikan Epidemiologi


PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Ø  MALARIA
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi).  Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria.
Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.  Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria ( anopeles ) betina ( WHO 1981 ) ditandai dengan deman, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan Malaria adalah Plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan palsmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor Leste. Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9 - 40 hari ( WHO 1997 ).
Hal-hal yang perlu dimonitor :
1. Tensi, nadi, suhu dan pernafasan setiap 30 menit.
2. Pemeriksaan derajat kesadaran dengan modifikasi Glasgow coma scale (GCS) setiap 6 jam.
3. Hitung parasit setiap 12-24 jam
4. Pemeriksaan derajat kesadaran (modifikasi Glasgow coma score)
5. Obat-obat berikut dahulu pernah dipakai untuk pengobatan malaria serebral tetapi menurut WHO sekarang tidak boleh dipakai karena berbahaya, yaitu :
  a.  Dexamethason dan Kotikosteroid lainnya
  b. Obat anti inflamasi yang lain
  c.  Anti udem serebral (urea, manitol)
  d. Dextran berat molekul rendah
  e.  Epinephrine (adrenalin)
  f. Heparin.
        
Pencegahan:
Obat yang dipakai untuk tujuan ini pada umumnya bekerja terutama pada tingkat eritrositer, hanya sedikit yang berefek pada tingkat eksoeritrositer (hati). Obat harus digunakan terus-menerus mulai minimal 1 ? 2 minggu sebelum berangkat sampai 4 ? 6 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria.
OAM yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah :
Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Efek samping : gangguan GI Tract seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan meminum obat sesudah makan.
        Pencegahan pada anak:OAM yang paling aman untuk anak kecil adalah klorokuin. Dosis : 5 mg/KgBB/minggu. Dalam bentuk sediaan tablet rasanya pahit sehingga sebaiknya dicampur dengan makanan atau minuman, dapat juga dipilih yang berbentuk suspensi.
Untuk mencegah gigitan nyamuk sebaiknya memakai kelambu pada waktu tidur.
Obat pengusir nyamuk bentuk repellant yang mengandung DEET sebaiknya tidak digunakan untukanakberumur<2tahun.

Ø  CAMPAK
Campak (rubeola, campak 9 hari) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
ü  Penyebab
Campak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dan remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua
ü  Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa nyeri tenggorokan, hidung meler, batuk, nyeri otot, demam, mata merah, fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau). Sekitar 2-4 hari kemudian baru muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas.
Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
ü  Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak. Pertama, infeksi bakteri (Pneumonia, Infeksi telinga tengah). Dua, kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan. Tiga, Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
ü  Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas. Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan seperti pemeriksaan darah, pembiakan virus dan serologi campak.
ü  Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, maka baiknya diberikan antibiotik.
ü  Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. (yz/sumber:medicastore.com).

Ø  TUBERKULOSIS PARU
ü  Definisi
Penyakit Tuberkulosis: adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman Tuberkulosis : Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu taha terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
ü  Cara Penularan
Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
ü  Resiko Penularan
Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1 - 2 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1 %, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 % penderita adalah BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah diantaranyakarenagiziburukatauHIV/AIDS.
ü  Perjalanan Alamiah Tuberkulosis Paru yang Tidak Diobati
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus Kronik yang tetap menular (WHO, 1966).
ü  Gejala - gejala Tuberkulosis
Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
Gejala Lain Yang Sering Dijumpai :
Dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, bera badan turun, rasa kurang enak badan(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
ü  Diagnosis Tuberkulosis (TB)
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa.
Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif.
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang.
Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan.
Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS :
Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung diagnosis TB.
- Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB BTA negative rontgenpositif.
- Bila hasil ropntgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.
UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk untuk difoto rontgendada. 
ü  Pencegahan
Terapi TBC:
Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri, pengontrolan efektif TBC mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi. Untuk terapi, WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy).
 Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung. Deteksi atau diagnosa pasien sangat penting karena pasien yang lepas dari deteksi akan menjadi sumber penyebaran TBC berikutnya. Seseorang yang batuk lebih dari 3 minggu bisa diduga mengidap TBC. Orang ini kemudian harus didiagnosa dan dikonfirmasikan terinfeksi kuman TBC atau tidak. Sampai saat ini, diagnosa yang akurat adalah dengan menggunakan mikroskop. Diagnosa dengan sinar-X kurang spesifik, sedangkan diagnosa secara molekular seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) belum bisa diterapkan.
Jika pasien telah diidentifikasi mengidap TBC, dokter akan memberikan obat dengan komposisi dan dosis sesuai dengan kondisi pasien tersebut. Adapun obat TBC yang biasanya digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, streptomycin, dan ethambutol. Untuk menghindari munculnya bakteri TBC yang resisten, biasanya diberikan obat yang terdiri dari kombinasi 3-4 macam obat ini.
Dokter atau tenaga kesehatan kemudian mengawasi proses peminuman obat serta perkembangan pasien. Ini sangat penting karena ada kecendrungan pasien berhenti minum obat karena gejalanya telah hilang. Setelah minum obat TBC biasanya gejala TBC bisa hilang dalam waktu 2-4 minggu.
Walaupun demikian, untuk benar-benar sembuh dari TBC diharuskan untuk mengkonsumsi obat minimal selama 6 bulan. Efek negatif yang muncul jika kita berhenti minum obat adalah munculnya kuman TBC yang resisten terhadap obat. Jika ini terjadi, dan kuman tersebut menyebar, pengendalian TBC akan semakin sulit dilaksanakan.
DOTS adalah strategi yang paling efektif untuk menangani pasien TBC saat ini, dengan tingkat kesembuhan bahkan sampai 95 persen. DOTS diperkenalkan sejak tahun 1991 dan sekitar 10 juta pasien telah menerima perlakuan DOTS ini. Di Indonesia sendiri DOTS diperkenalkan pada tahun 1995 dengan tingkat kesembuhan 87 persen pada tahun 2000 (http:www.who.int).  Angka ini melebihi target WHO, yaitu 85 persen, tapi sangat disayangkan bahwa tingkat deteksi kasus baru di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data WHO, untuk tahun 2001, tingkat deteksi hanya 21 persen, jauh di bawah target WHO, 70 persen. Karena itu, usaha untuk mendeteksi kasus baru perlu lebih ditingkatkan lagi.
ü Imunisasi
Pengontrolan TBC yang kedua adalah imunisasi. Imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyaki TBC. Vaksin TBC, yang dikenal dengan nama BCG terbuat dari bakteri M tuberculosis strain Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Bakteri ini menyebabkan TBC pada sapi, tapi tidak pada manusia. Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri M tuberculosis yang hidup (live vaccine), karenanya bisa berkembang biak di dalam tubuh dan diharapkan bisa mengindus antibodi seumur hidup. Selain itu, pemberian dua atau tiga kali tidak berpengaruh. Karena itu, vaksinasi BCG hanya diperlukan sekali seumur hidup. Di Indonesia, diberikan sebelum berumur duabulan.
Imunisasi TBC ini tidak sepenuhnya melindungi kita dari serangan TBC. Tingkat efektivitas vaksin ini berkisar antara 70-80 persen. Karena itu, walaupun telah menerima vaksin, kita masih harus waspada terhadap serangan TBC ini. Karena efektivitas vaksin ini tidak sempurna, secara global ada dua pendapat tentang imunisasi TBC ini. Pendapat pertama adalah tidak perlu imunisasi. Amerika Serikat adalah salah satu di antaranya. Amerika Serikat tidak melakukan vaksinasi BCG, tetapi mereka menjaga ketat terhadap orang atau kelompok yang berisiko tinggi serta melakukan diagnosa terhadap mereka. Pasien yang terdeteksi akan langsung diobati. Sistem deteksi dan diagnosa yang rapi inilah yang menjadi kunci pengontorlan TBC di AS.
Pendapat yang kedua adalah perlunya imunisasi. Karena tingkat efektivitasnya 70-80 persen, sebagian besar rakyat bisa dilindungi dari infeksi kuman TBC. Negara-negara Eropa dan Jepang adalah negara yang menganggap perlunya imunisasi. Bahkan Jepang telah memutuskan untuk melakukan vaksinasi BCG terhadap semua bayi yang lahir tanpa melakukan tes Tuberculin, tes yang dilakukan untuk mendeteksi ada-tidaknya antibodi yang dihasikan oleh infeksi kuman TBC. Jika hasil tes positif, dianggap telah terinfeksi TBC dan tidak akan diberikan vaksin. Karena jarangnya kasus TBC di Jepang, dianggap semua anak tidak terinfeksi kuman TBC, sehingga diputuskan bahwa tes Tuberculin tidak perlu lagi dilaksanakan.
Bagaimana dengan Indonesia? Karena Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak, agaknya masih perlu melaksanakan vaksinasi BCG ini. Dengan melaksanakan vaksinasi ini, jumlah kasus dugaan (suspected cases) jauh akan berkurang, sehingga memudahkan kita untuk mendeteksi pasien TBC, untuk selanjutnya dilakukan terapi DOTS untuk pasien yang terdeteksi. Kedua pendekatan, yaitu vaksinasi dan terapi perlu dilakukan untuk memberantas TBC dari bumi Indonesia.

Ø  KEMATIAN IBU
Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi. Pendarahan, infeksi, hipertensi kehamilan serta abortus tidak aman. Keempat kondisi itulah yang menjadi penyebab angka kematian Ibu ( AKI ) tetap tinggi. Diantara keempat faktor itu, pendarahan menduduki peringkat pertama dengan 45 persen kejadian. Penyebab pendarahan disebabkan perlengketan ari-ari, robekan rahim atau otot-otot rahim yang mengendur akibat sering bersalin.Hal ini bisa diantisipasi dengan sering periksa ada tidaknya risiko pendarahan itu. Selain rajin memeriksakan kehamilan, penting juga memeriksakan hemoglobin. Terutama bulan keenam dan ketujuh kehamilan. Pemeriksaan Hb penting untuk menghindari kemungkinan anemia. Hal ini disebabkan ibu yang anemia berisiko otot-otot rahim melemah dan tidak segera menutup kembali pasca melahirkan.
ü Pencegahan:
1.      Penanganan atau pertolongan persalinan oleh tenaga medis terlatih.
2.      Pelaksanaan program safe motherhood yang benar-benar terlaksana.
3.      Meningkatkan pengetahuan calon Ibu tentang kehamilan dan persalinan melalui promosi, salah satunya meliputi asupan gizi apa saja yang dibtuhkan ketika hamil.

Ø  LAHIR MATI
Lahir mati adalah kematian janin diantara minggu ke 20(bulan ke  5) hingga lahir.
ü  Penyebab:
a.       Kecacatan kelahiran : biasanya terjadi karena kecacatan kromosom.
b.      Tali pusar terjatuh(prolaps), yaitu apabila tali pusar keluar terlebih dulu dari faraj sebelum bayi keluar, sehingga menghambat aliran darah dan oksigen.
c.       Masalah ari-ari(plasenta), misalnya pemisahan plasenta dari uterus atau dinding rahim.
d.      Keadaan kesehatan Ibu sebelum dan semasa hamil, misalnya penyakit diabetes mellitus dan jantung.
ü  Faktor-Faktor Resiko:
a.       Ibu yang merokok, mengkonsumsi alcohol yang berlebihan, penyalahgunaan obat-obat terlarang.
b.      Obesitas.
c.       Ibu terjangkit bakteri dan virus.
ü  Gejala:
a.       Pendarahan dari faraj.
b.      Janin kurang atau tidak bergerak.
c.       Perubahan aktivitas atau pergerakan bayi seperti biasa.
d.      Sakit pinggang, belakang dan juga bagian bawah abdomen terasa menyucuk-nyucuk.
e.       Tidak lagi terasa hamil lagi, terjadi perubahan fisik, msalnya payudara mengecil.
ü  Pencegahan:
a.       Senam dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pemenuhan ADIK(Asam Folat, Daging, Iron/Zat besi dan Kalsium).
b.      Tidak mengkonsumsi alcohol, obat-obat terlarang dan rokok serta menjauhkan diri dari racun serangga.

Ø  DAFTAR PUSTAKA
Nasri, N.N. 1997. Dasar Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Slamet J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57&id=4


THYAR DEBY Y.
E2A009057
REGULER 1
FKM UNDIP






Penyelidikan Epidemiologi

Penyelidikan Epidemiologi

Senin, 18 Oktober 2010

Peranan Epidemiologi dalam Pemecahan Masalah di Masyarakat


A.     DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, dimana:
ü  EPI berarti PADA/TENTANG
ü  DEMOS berarti PENDUDUK
ü  LOGOS berarti ILMU
            Sehingga epidemiologi bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Bisa dikatakan juga bahwa epidemiologi mempelajari masalah kesehatan terutama penyakit yang terjadi di masyarakat. Jadi di dalam epidemiologi konsepnya adalah populasi/masyarakat.
            Hirsch(1883) mengemukakan epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis-jenis penyakit pada manusia, pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal.(Dipengaruhi Hipocratic teory dan mismatic)
            Greenwood(1934) berpendapat bahwa epidemiologi adalah suatu ilmu tentang penyakit dan segala macam kejadian.
            W. Hamton Frost(1972), epidemiologi adalah pengetahuan tentang berbagai fenomena (mass phenomena) penyakit infeksi/sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular.
            Mac Mahon (1970), epidemiologi adalah studi tentang penyebaran penyakit dan penyebabnya pada manusia dan mengapa terjadi penyebaran semacam itu.
            Last (1988)→WHO, epidemiology is study of the health related states or events is specifid populations, and the application of such study to solve health problem.
            Sedangkan pada saat ini pengertian dari epidemiologi semakin luas dan lengkap, yaitu ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga dari factor-faktor tesebut bisa digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat.

B.      RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI
1.      Subjek dan objek epidemiologi adalah masalah kesehatan.
2.      Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk kepada masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok manusia.
3.      Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan, dimanfaatkan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tersebut.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk kegiatan epidemiologi dasar yang paling sering digunakan adalah bentuk epidemiologi deskriptif, karena bentuk kegiatan epidemiologi ini yang memberikan gambaran atau keterangan tentang keadaan serta sifat penyebaran status kesehatan dan gangguan kesehatan maupun penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu terutama menurut sifat karakteristik orang, waktu dan tempat.( Noor Nasri Noor, 1997).
Bentuk kegiatan epidemiologi yang erat hubungannya dengan deskriptif epidemiologi adalah dalam menilai derajat kesehatan dan besar kecilnya masalah kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Bentuk kegiatan ini erat hubungannya dengan penyusunan perencanaan kesehatan masyarakat  serta penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan kesehatan pada penduduk tertentu.(Noor Nasri Noor, 1997).
C.      PERANAN EPIDEMIOLOGI DALAM MEMECAHKAN MASALAH di MASYARAKAT
Dari uraian diatas kita dapat tarik kesimpulan bahwa pengertian epidemologi menjadi semakin lebih luas dan bukan hanya menganalisis penyakit serta sebab terjadinya penyakit lagi, tetapi juga dapat ditetapkan pula dalam berbagai masalah yanga ada di masyarakat, baik yang bertalian erat dengan penyakit atau masalah kesehatan lainnya, maupun yang berhubungan dengan masalah lain dalam masyarakat.
Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai 3 fungsi utama, yaitu:
1.      Menerangkan tentang besarnya masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2.      Menyiapkan data/informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3.      Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti sifat kaarkteristik biologis, sosio-ekonomis, demografis, kebiasaan individu serta sifat karakteristik genetis. Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan memberi gambaran tentang sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (Noor Nasri Noor, 1997).
Contoh: Daerah Semarang terkenal sebagai daerah endemi demam berdarah, dengan adanya epidemiologi, kita bisa menemukan penyebab masalah dari demam berdarah tersebut. Sehingga dari data-data yang terkumpul kita bisa merencanakan atau nencegah demam berdarah itu tidak datang lagi.
Thyar Deby Y./ FKM UNDIP.