Daftar Blog Saya

Selasa, 22 Maret 2011

Tugas DPP Part 2

RUBELLA ( AIR BORNE DISEASE)
A.     PENDAHULUAN
Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan menimbulkan demam ringan dengan ruam pungtata dan ruam makulopapuler yang menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak atau demam scarlet. Penyakit rubella merupakan penyakit infeksi pada anak dan dewasa muda. Penyakit rubella bila menginfeksi pada anak akan menimbulkan gejala dan efek klinis yang menyerupai campak, hanya saja dalam bentuk yang lebih ringan atau bahkan tanpa gejala. Tetapi jika infeksi ini terjadi pada wanita hamil muda (terutama pada trimester pertama) penyakit ini dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau janin yang dilahirkan menderita cacat seumur hidup yang sering dikenal sebagai sindrom rubella congenital/SRK. Kecacatan SRK dapat berupa katarak pada mata, tuli dan kelainan jantung.
Anak-anak biasanya memberikan gejala konstitusional yang minimal , tetapi orang dewasa akan mengalami gejala prodromal selama 1-5 hari berupa demam ringan, sakit kepala, malaise, coryza ringan dan konjungtivitis. Limfadenopati post aurikuler, oksipital dan servikal posterior muncul dan merupakan ciri khas dari infeksi virus ini yang biasanya muncul 5-10 hari sebelum timbulnya ruam. Hampir separuh dari infeksi ini tanpa ruam. Lekopeni umum terjadi dan trombositopeni juga bisa terjadi, tetapi manifestasi perdarahan jarang. Arthalgia dan yang lebih jarang terjadi, arthritis sebagai komplikasi infeksi ini terutama pada wanta dewasa. Ensefalitis dan trombositoopeni jarang terjadi pada anak-anak, ensefalitis terjadi lebih sering pada orang dewasa.
Diagnosis klinis rubella kadang tidak akurat. Konfirmasi laboratorium hanya bisa dipercaya untuk infeksi akut. Infeksi rubella dapat dipastikan dengan adanya peningkatan signifikan titer antibodi fase akut dan konvalesens dengan tes ELISA, HAI, pasif HA atau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella sedang terjadi. Diagnosa dari CRS pada bayi baru lahir dipastikan dengan ditemukan adanaya antibodi IgM spesifik pada spesimen tunggal, dengan titer antibodi spesifik terhadap rubella diluar waktu yang diperkirakan titer antibodi maternal IgG masih ada, atau melalui isolasi virus yang mungkin berkembang biak pada tenggorokan dan urine paling tidak selama 1 tahun. Virus juga bisa dideteksi dari katarak congenital hingga bayi berumur 3 tahun.
B.      EPIDEMIOLOGI
Distribusi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, umumnya endemis, kecuali pada masyarakat yang terisolasi, terutama masyarakat kepulauan tertentu yang mengalami KLB setiap 10-15 tahun. Penyakit ini banyak muncul pada musim dingin dan musim semi. Wabah yang sangat luas terjadi di AS pada tahun 1935, 1943 dan 1964 dan di Australia pada tahun 1940. Sebelum vaksin rubella diijinkan beredar pada tahun 1969, puncak insidensi rubella terjai di AS setiap 6-9 tahun sekali. Selama tahun 1990an insidensi rubella di AS menurun dengan drastis. Namun persentasi kasus diantara orang asing yang lahir disana meningkat tajam pada saat yang sama. Selama tahun 1990an, KLB rubella di AS terjadi di tempat kerja, pada institusi, di masyarakat umum dan lingkungan lain dimana anak-anak muda dan mereka yang berangkat dewasa berkumpul. Virus rubella bertahan pada orang yang tidak diimunisasi.
C.      MEKANISME PENULARAN
Cara penularannya yaitu dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi. Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi. Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan urine mereka dalam jumlah  besar, sehingga menjadi sumber infeksi.
Reservoirnya adaah manusia. Masa penularan sekitar 1 minggu sebelum dan paling sedikit 4 hari sesudah onset ruam, penyakit ini sangat menular. Bayi dengan CRS kemungkinan teap mengandung virus selama berbulan-bulan sesudah lahir. Masa inkubasinya dari 14-17 hari kisaran antara 14-21 hari.
 D.     CARA PENANGGULANGAN
a.      Untuk menanggulangi rubella, segera melaporkan seluruh penderita, tersangka rubella, seluruh kontak dan mereka yang masih rentan untuk diberi imunisasi.
b.      Petugas dan praktisi kesehatan serta masyarakat umum sebaiknya diberi informasi tentang adanya kejadian rubella agar dapat mengidentifikasi dan melindungi wanita hamil yang rentan.
E.      KONTROL
1.      Kontrol Agen
a.      Disinfeksi serentak tidak dilakukan.
2.      Kontrol Transmisi
a.      Isolasi di Rumah Sakit dan institusi lain, terhadap penderita yang dicurigai menderita rubella sebaiknya dirawat dengan tindakan pencegahan isolasi kontak dan ditempatkan di ruang terpisah.
b.      Karantina tidak dilakukan
3.      Kontrol Host
a.      Memberikan dosis tunggal vaksin hidup, yaitu vaksin virus rubella yang dilemahkan ( Rubella virus vaccine, Live ), dosis tunggal ini memberikan respon antibodi yang signifikan, yaitu kira-kira 98-99% dari orang yang rentan.
b.      Invesigasi kontak dan sumber infeksi, melakukan investigasi dan identifikasi wanita hamil yang kontak dengan penderita, terutama wanita hamil pada trimester pertama. Meeka yang pernah kontak dengan penderita ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan serologis untuk melihat tingkat kerentanannya atau untuk melihat apakah ada infeksi awal ( antibody IgM) dan terhadap mereka diberi nasehat seperlunya.

DAFTAR PUSTAKA
Handayani S, Heriyanto B, Wahyuhono G, Susilowati dan Subangkit. Imunitas Terhadap Rubela pada Balita dan Wanita Usia Subur di Kota Surabaya dan Kabupaten Tabanan. (online) (www.litbang.depkes.go.id diakses 18 Maret 2011)
Kandun, I Nyoman. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit. Jakarta : CV. Infomedika

E2A009057/Reguler 1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar